Rabu, 23 November 2011

NYALA API CINTA



Seorang wartawan mewawancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia dibalik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Petani itu mengaku ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus karena ia selalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya pada tetangga-tetangga disekitar perkebunannya.

"Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik itu pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?" tanya sang wartawan.

"Tak tahukah anda?," jawab petani itu.

"Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman jagung tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Ini tentu menurunkan kualitas jagung saya. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula."

Begitu pula dengan hidup kita. Mereka yang ingin meraih keberhasilan harus menolong tetangganya menjadi berhasil pula. Mereka yang menginginkan hidup dengan baik harus menolong tetangganya hidup dengan baik pula. Nilai dari hidup kita diukur dari kehidupan-kehidupan yang disentuhnya. Tetapi jika kita selalu berpikiran negative dengan mempengaruhi yang lain maka kehidupan kita juga akan menjadi negative.


Alkisah suatu ketika, Kapak, Gergaji, Palu dan Nyala Api sedang mengadakan perjalanan bersama-sama.Di suatu tempat perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan KEKUATAN yang mereka miliki masing-masing.

”Itu bisa aku singkirkan”, kata KAPAK.
Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras juga itu.
Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu lebih tumpul sendiri sampai ia berhenti.

”Sini, biar aku yang urus,” kata GERGAJI.
Dengan gigi-gigi yang tajam tanpa perasaan, iapun mulai menggergaji.
Tapi ia kaget dan kecewa, semua giginya jadi tumpul dan rontok.

”Apa kubilang,” kata PALU.
”Kan aku sudah ngomong, kalian tak bisa. Sini, sini aku tunjukkan caranya”.
Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tidak berubah.

“Boleh aku coba?” tanya NYALA API.
Dan iapun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itupun meleleh cair.

Apa yang mau saya katakan melalui ilustrasi ini?
Ada banyak HATI yang cukup KERAS untuk melawan keMURKAan
dan amukan keMARAHan demi HARGA DIRI.
Tapi jarang ada hati yang tahan melawan NYALA API CINTA kasih yang hangat.
Betapa arif dan bijak ada dalam sebuah keLEMBUTan dan keHANGATan,
seperti api yang menCAIRkan hati yang dingin.
Ah, tak ada yang tahan menampik nyala api cinta kasih.
HATI yang KERAS sekalipun akan LULUH dengan keHANGATan CINTA....

…CINTA…


Jika ia sebuah CINTA,

dia tak hanya MENDENGAR,
melainkan senantiasa BERGETAR.


jika ia sebuah CINTA,

dia tak mungkin BUTA,
melainkan senantiasa MELIHAT dan MERASAKAN apa yang kita rasakan

jika ia sebuah CINTA,
dia tak akan membuat kita SEDIH,
melainkan senantiasa akan membuat kita BAHAGIA.


jika ia sebuah CINTA,

dia tak hanya BERUCAP,
melainkan senantiasa TULUS dari Dalam HATI.

jika ia sebuah CINTA,
dia hadir bukan karena PERMINTAAN,
melainkan HADIR karena KETENTUAN dan KATA HATI-lah yang MENGANTARKANNYA.

jika ia sebuah CINTA,
dia hadir juga bukan karena PAKSAAN,
melainkan senantiasa HADIR karena PENGORBANAN dan KESETIAAN.

Sumber: http://kembanganggrek2.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar